Hutan dan Lahan yang Terbakar Akan Dirampas Negara, kata Menteri LHK

Indonesian Govt will Seize Land and Forest of the Cconcessionaire

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Hutan dan Lahan yang Terbakar Akan Dirampas Negara, kata Menteri LHK
Rakor Penanganan Karhutla di Kementerian LHK dipimpin Menko Polhukam LB Panjaitan, dihadiri Menteri LHK Siti Nurbaya, Kepala BNPB Willem Rampangilei Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti (Foto2: Humas KLHK)

Jakarta (B2B) - Pemerintah RI akan merampas hutan dan lahan yang terbakar termasuk yang berada di wilayah konsesi hutan tanaman industri (HTI) untuk dikelola oleh negara, karena kebakaran hutan saat ini makin kritis dan telah mempermalukan nama Indonesia di mata dunia.

"Pemerintah berkomitmen melindungi lahan yang terbakar dan mencegah konversi menjadi lahan baru untuk perkebunan. Kita ambil alih hutan yang terbakar dan dalam dua tahun ekosistem di hutan mulai pulih setelah turun hujan," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar kepada pers di Jakarta pada Selasa usai rapat satuan tugas Pengendalian Nasional Operasi Darurat Penanganan Kebakaran Lahan dan Hutan.

Menurutnya, pengambilalihan hutan dan lahan akan dilakukan pemerintah hingga ke kawasan HTI, kemudian akan dikelola oleh negara sementara opsi untuk diserahkan kepada masyarakat akan dibahas kemudian.

"Saya minta jangan ragu-ragu untuk menindak para pelaku pembakaran atau para pemilik perkebunan yang lahannya terbakar, karena menyangkut harga diri bangsa dan nama baik Indonesia di mata dunia," kata Siti Nurbaya.

Tampak hadir pada rapat koordinasi tersebut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan yang memimpin rapat, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Willem Rampangilei, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, Sekretaris Jenderal Kementerian LHK Bambang Hendroyono, Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin, dan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyad Juliandi Rachman.

Menkopolhukam LB Panjaitan mengatakan     tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap adalah sangat serius, jangan sampai Indonesia diklaim sebagai negara yang tidak bisa menyelesaikan masalah.

"Sudah 120 ton garam yang sudah ditaburkan, dan di Riau sudah berhasil turun hujan dan agar dipantau daerah yang membutuhkan hujan buatan," kata LB Panjaitan.

Jakarta (B2B) - Indonesian government will seize the burning of forest and land to be managed by the state, including in the area of industrial timber plantation concessions, because of forest fires currently more critical and embarrass the Indonesia name abroad.

"The government is committed to protect the burnt area and prevents the conversion into new land for plantations. We take over the forests, and within two years of the ecosystem begin to recover after the rain," Indonesian Environment and Forestry Minister Siti Nurbaya Bakar told reporters here on Tuesday after coordination meeting of the task force controlling land and forest fires.

According to her, forest and land expropriation will be done by the government up to the area of industrial forest plantations, and will be managed by the state, while the option is handed over to the community will be discussed later.

"I ask not hesitate take firm action against the perpetrators or plantation owners whose lands burned, because of national pride and the good name of Indonesia in the world," Mrs Bakar said.

It was attended Coordinating Minister for Political, Legal and Security Luhut Binsar Panjaitan who chaired the meeting, Head of the National Disaster Management Agency Willem Rampangilei, TNI Commander General Gatot Nurmantyo, National Police Chief Gen. Badrodin Haiti, Secretary General of the ministry Bambang Hendroyono, South Sumatra Governor Alex Nurdin, and Acting Governor of Riau Arsyad Juliandi Rachman.

Minister Panjaitan said the condition of the forest and the land is very serious, Indonesia should not be claimed as a country can not solve the problem.

"120 tons of salt have been deployed to create artificial rain, and in Riau province had been raining, and so monitored provinces require artificial rain," he said.