Jakarta (B2B) - Jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang tidak memasukkan nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto terus menuai kritik dari berbagai kalangan. Survei LSI dituding sebagai bentuk provokasi terhadap lawan politik Partai Golongan Karya (Golkar) khususnya PDI Perjuangan, yang menempatkan Aburizal Bakrie (ARB) head to head dengan Megawati Soekarnoputri.

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto mengatakan publik perlu mempertanyakan motif survei terbaru LSI, dengan mengeluarkan dua nama yang selama ini selalu memimpin hasil surveii calon presiden 2014. Kendati begitu, kata Bambang, PDI-P maupun Megawati Soekarnoputri tidak akan terprovokasi dengan hasil survei LSI.

"Megawati sudah 20 tahun memimpin partai politik sehingga sangat faham dengan kapasitas dan kualitas kader-kader PDI-P. Terbukti dalam beberapa pemilihan kepala daerah, Megawati bisa membuat keputusan tepat dalam mengusung kadernya seperti Jakarta dan Jawa Tengah," kata Bambang Wuryanto di Jakarta, Kamis (24/10).

Golkar Panik
Sebelumnya, kritik serupa dilontarkan pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens yang menuding survei LSI tidak menggambarkan realitas politik dan aspirasi politik publik. Survei SLI justru mengungkap kepanikan Golkar terhadap munculnya partai politik baru seperti Nasional Demokrat (Nasdem) maupun Joko Widodo, dan Prabowo Subianto yang disebut LSI sebagai 'calon presiden wacana'.

"Survei LSI ini malahan menelanjangi kepanikan Golkar. Apalagi sebagian kader Golkar yang berhadapan dengan kasus korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi," kata Boni Hargens di Jakarta, Senin (21/10).