Batan Siap Kembangkan PLTN, Keputusan Tergantung Persetujuan Presiden Joko Widodo
The Development of Nuclear Power in Indonesia Depends on the Approved by the President
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan pilihan terakhir bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa mendatang, dan keputusan tersebut tergantung pada Presiden RI Joko Widodo sebagai penentu keputusan pembangunan PLTN dengan empat lokasi potensial seperti Bangka, Sumatera, Kalimantan Barat, Batam, dan Jepara.
"Keputusan ada pada Presiden Joko Widodo, harus ada kata go dulu dari Presiden, baru kita lakukan proses selanjutnya seperti melakukan lelang," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto kepada pers di Jakarta pada Selasa (16/6).
Menurutnya, saat ini ada beberapa investor dari mancanegara yang tertarik membangun PLTN di Indonesia antara lain Rusia, China, dan Prancis yang memperhitungkan potensi PLTN di Indonesia. Namun dari negara yang berkomitmen membantu Indonesia, maka Rusia yang menyatakan paling berminat.
"Rusia sangat ingin masuk ke Indonesia. Kita sudah MoU (nota kesepahaman) dengan Rusia. Tidak mengikat tapi jaminan kerjasama untuk penelitian dan pengembangan dan SDM," kata Djarot.
Dia menambahkan, Indonesia berniat memiliki PLTN berdaya 5 ribu megawatt pada 2025, yang akan dibagi menjadi empat PLTN di daerah yang berpotensi untuk mengembangkan energi nuklir, dan hal itu sesuai Buku Putih yang ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, belum lama ini.
Djarot menambahkan, sesuai dengan Peraturan Presiden No 79/2014 bahwa Indonesia menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 23 persen sampai tahun 2025.
Jakarta (B2B) - The development of Nuclear Power Plant (PLTN) is the last option for Indonesia to meet the electricity needs in the future, and the decision depends on the President Joko Widodo as decision makers nuclear power plant with four potential sites such as Bangka district, Sumatera island, West Kalimantan province, Batam district, and Jepara district.
"The decision depends on the President Joko Widodo, must be approved by the president, then we do the next process such as conducting the auction," Head of the Nuclear Energy Agency of Indonesia, Djarot Sulistio Wisnubroto told reporters in Jakarta on Tuesday (16/6).
According to him, currently there are some foreign investors who are interested in building nuclear power plants in Indonesia such as Russia, China, and France related nuclear potential in Indonesia, and Russia expressed the most interest.
"Russia wants to support Indonesia. We have an MoU (memorandum of understanding) with Russia. Not binding but assurances of cooperation for research and development and human resources," Wisnubroto said.
He added that Indonesia intends to have a power of 5,000 megawatt nuclear power plant in 2025, which will be divided into four nuclear power plants in areas that have the potential to develop nuclear energy, it is appropriate that the White Book was signed by Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Sudirman Said, recently.
Mr Wisnubroto added, in accordance with Presidential Decree No. 79/2014 that Indonesia is targeting the renewable energy mix reaches 23% until 2025.
