Korea Selatan Butuh Lebih Banyak Tenaga Kerja Indonesia
South Koreans Need for More Indonesian Workers
Reporter : Roni Said
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
 b - k.jpg)
Jakarta (B2B) - Korea Selatan mengharapkan Indonesia dapat menempatkan lebih banyak tenaga kerja, karena dinilai sebagai pekerja yang rajin sehingga menjadi favorit warga di negeri ginseng tersebut.
President HRD (Human Resources Development Services of Korea (HRD Korea) Kweon Ki-Weon mengatakan bahwa Korea Selatan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja asal Indonesia.
"Pihak Korea senang karena menganggap pekerja Indonesia, itu rajin, patuh, dan pekerja keras, " kata Gatot mengutip pengakuan Ki-Weon melalui pernyataan tertulis, Sabtu.
Kedatangan Ki-Weon ke Indonesia ini untuk melihat ujian serentak calon TKI Korea yang digelar mulai hari ini hingga esok (Ahad, 15/6). Pada kesempatan itu Gatot sempat mengajak Ki-weon untuk meninjau pelaksanaan ujian EPS-TOPIK PBT KE 12 Tahun 2014, di empat Kota besar, yakni yaitu di Solo, Jakarta, Malang dan Bandung.
Pemerintah Korea Selatan pada tahun ini telah memberikan kuota penempatan TKI sebanyak 10.200 orang. Namun hingga 9 Juni 2014, pihak BNP2TKI baru menempatkan 3.755 orang pekerja saja.
Jakarta (B2B) - South Korea needed more Indonesian workers to work there because they were smart, obedient, and hardworking.
Vice President of Human Resources Development Service of Korea, Kweon Ki Weon, said that South Koreans favored Indonesians to work as their employers.
"They favor Indonesian workers," Kweon said in a written statement on Saturday.
Earlier, Kweon met with Head of the National Agency for the Placement and Protection of Indonesian Migrant Workers (BNP2TKI) Gatot Abdullah Mansyur. Kweon said that
Kweon visited Indonesia to witness the Employment Permit System-Test of Proficiency in Korean Paper Based Test (EPS-TOPIK) held on Saturday and Sunday in four major cities, namely Solo, Jakarta, Malang and Bandung. In 2014, the test is followed by 30,596 participants.
South Korean government this year has provided quota for 10,200 Indonesian workers. However, the number was only recorded 3,755 workers on June 9.
