Tiga WNI Dibebaskan setelah Lebih Tiga Bulan Disandera Abu Sayyaf

3 Indonesian Hostages Released in Southern Philippines

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Tiga WNI Dibebaskan setelah Lebih Tiga Bulan Disandera Abu Sayyaf
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberi keterangan pers (Foto: istimewa)

TIGA WARGA Indonesia yang menjadi sandera di Filipina selatan dibebaskan setelah ditahan oleh penculiknya dari kelompok Abu Sayyaf, ketiganya disandera lebih dari tiga bulan.

Para sandera, yang dibebaskan sebelum tengah malam pada Sabtu, tengah menjalani pemeriksaan kesehatan di provinsi Sulu di selatan Filipina, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada pers. Dia mengatakan mereka akan dipindahkan ke kota Zamboanga sebelum diserahkan kepada para pejabat Indonesia dan diterbangkan kembali ke Indonesia.

Ketiga sandera - Ferry Arifin, Muhammad Mabrur Dahri dan Edy Suryono - termasuk di antara tujuh anggota awak kapal dari kapal tunda yang diculik pada Juni. Dua sandera lainnya telah dibebaskan sebelumnya, dan dua masih ditahan.

Tidak diketahui apakah ketiga sandera yang dibebaskan telah ditebus dengan uang.

Tiga nelayan Indonesia yang juga disandera oleh militan Abu Sayyaf membebaskan mereka dua pekan lalu bersama dengan seorang pria Norwegia dan dua warga Filipina.

Marsudi mengatakan pemerintah sedang bekerja keras untuk membebaskan dua warga Indonesia yang masih disandera - navigator kapal tunda, Robin Piter, dan mekanik ketiga, Muhammad Nasir.

Tujuh orang diculik pada 20 Juni di perairan Filipina selatan ketika kembali berlayar dari pelabuhan Cagayan De Oro di Filipina menuju Samarinda, ibukota Provinsi Kalimantan Timur.

Abu Sayyaf masuk dalam daftar hitam sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Filipina atas pemboman mematikan, penculikan dan memenggal kepala sandera.

Pasukan Filipina melancarkan serangan besar terhadap Abu Sayyaf setelah pemenggalan dua warga Kanada awal tahun ini memicu kecaman dari Presiden Filipina Benigno Aquino III dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Pemimpin Kanada mengimbau negara-negara lain untuk tidak membayar uang tebusan sebagai langkah mencegah militan  terus melakukan penculikan dan menyandera korbannya, seperti dikutip Associated Press yang dilansir MailOnline.

THREE Indonesian hostages have been released in the southern Philippines after being held by their Abu Sayyaf captors for more than three months, Indonesia's foreign minister said Sunday.

The men, who were freed just before midnight Saturday, were undergoing health exams in the southern Philippine province of Sulu, Foreign Minister Retno Marsudi said at a news conference. She said they would be transferred to the city of Zamboanga before being handed over to Indonesian officials and flown back to Indonesia.

The three — Ferry Arifin, Muhammad Mabrur Dahri and Edy Suryono — were among seven crew members of a tugboat who were kidnapped in June. Two of the others were released previously, and two are still being held.

It was not immediately clear whether the three released late Saturday had been ransomed off.

Three Indonesian fishermen who were also being held by Abu Sayyaf militants were freed two weeks ago along with a Norwegian man and two Filipinos.

Marsudi said the government is working for the release of the two remaining Indonesian hostages — the tugboat's navigator, Robin Piter, and third engineer, Muhammad Nasir.

The seven were abducted June 20 in southern Philippine waters while returning from Cagayan De Oro port in the Philippines to Samarinda, the capital of East Kalimantan province on Borneo island.

The Abu Sayyaf has been blacklisted as a terrorist organization by the United States and the Philippines for deadly bombings, kidnappings and beheadings.

Philippine forces launched a major offensive against the Abu Sayyaf after the beheadings of two Canadians early this year sparked condemnations from then-Philippine President Benigno Aquino III and Canadian Prime Minister Justin Trudeau.

The Canadian leader has called on other nations not to pay ransoms to discourage the militants from carrying out more kidnappings.