Kontraktor Lokal Kalah Bersaing dengan Kontraktor KKKS
Local Contractors Unable to Compete with Foreign KKKS
Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
Jakarta (B2B) - Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas bumi lokal masih kalah bersaing dengan KKKS asing dalam memproduksi minyak dan gas nasional karena keterbatasan modal.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini mengatakan kecilnya peran perusahaan lokal dalam industri migas karena perusahaan nasional baru berkembang sehingga sulit jika dibandingkan dengan perusahaan multinasional yang lebih dulu ada dan ditopang pendanaan yang sangat kuat.
Menurut Rudi produksi migas bergantung pada lapangan yang dikerjakan oleh KKKS. Mayoritas produksi migas Indonesia berasal dari lapangan tua, sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk meningkatkan produksi.
“Perusahaan yang produksinya besar, investasinya juga besar,” ujar Rudi
SKK Migas tahun ini menyetujui rencana kerja dan angaran dari 274 KKKS, yang terdiri atas 74 wilayah kerja eksploitasi dan 200 wilayah kerja eksplorasi. Persetujuan anggaran untuk wilayah kerja eksploitasi mencapai US$ 23,5 miliar untuk pengeboran wilayah kerja eksploitasi sebanyak 1.177 sumur pengembangan, 1.094 sumur kerja ulang (work over), dan 99 sumur eksplorasi.
Mayoritas rencana anggaran tersebut diajukan oleh kontraktor asing. Sementara PT Pertamina (Persero), perusahaan migas terbesar nasional milik negara, tahun ini mengalokasikan dana di sektor hulu sebesar US$ 3,6 miliar.
Jakarta (B2B) - Local contractors of oil and gas Production Sharing Contract (PSC) are still unable to compete with foreign PSC contractors in producing oil and gas because of limited capital.
Rudi Rubiandini, Head of Upstream Oil and Gas Executive Task Force (SKK Migas), said the role of local companies in oil and gas industry is just growing hence it is difficult to compare to existing multinational corporations with strong funding.
Rudi added oil and gas production also depends on the field handled by the PSC. The majority of Indonesian oil and gas production came from aging fields, thus requiring special methods to enhance production.
"Companies which post large production also put large investments," Rudi said.
SKK Migas this year has approved plans and budgets of 274 PSCs, which consists of 74 exploitation working areas and 200 exploration work areas. Approval of the budget for the exploitation working area reach US$ 23.5 billion for drilling exploitation 1,177 development wells, 1,094 work over wells and 99 exploration wells.
The majority of budget plan is proposed by foreign contractors. Meanwhile, PT Pertamina (Persero), the nation's largest oil and gas company this year allocated funds in upstream sector of US$ 3.6 billion.
