Thorium Diuji Coba Batan sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik PLTN

Indonesian Will Test the Thorium as Fuel for Nuclear Power Plants

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Thorium Diuji Coba Batan sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik PLTN
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto (kanan) dan pakar PLTT Matt Krause (tengah) Foto: B2B/Gusmiati Waris

Jakarta (B2B) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) segera membangun Reaktor Daya Eksperimental (RDE) untuk menguji coba thorium sebagai bahan bakar pada proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), karena Indonesia memiliki cadangan yang cukup banyak sekitar 121.500 ton.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan sejumlah negara telah melakukan uji coba thorium dalam proyek PLTN mereka, meskipun sampai saat ini PLTN yang rencananya dibangun di Bangka Belitung sampai saat ini belum memutuskan apakah menggunakan uranium atau memilih thorium sebagai bahan bakar.

"Cadangan thorium di Indonesia melimpah dan jumlah volume listrik yang dihasilkan lebih besar dibandingkan uranium. Diperkirakan 90 persen bahan bakar thorium akan bereaksi menghasilkan listrik jika dibandingkan dengan uranium yang maksimal lima persen, sehingga limbah radioaktif yang dihasilkan jauh lebih kecil," kata Djarot kepada pers di sela forum group discussion bersama Matt Krause, yang dikenal sebagai pakar Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) di Jakarta pada Kamis, 4 Februari 2016.

Dia menambahkan, pemanfaatan thorium sebagai pembangkit listrik tidak menghasilkan plutonium pada proses reaksi nuklir, sehingga dapat menjamin tidak disalahgunakan untuk persenjataan militer. Pasalnya, reaktor PLTT bekerja pada tekanan normal sekitar 1 atm, sehingga tidak membutuhkan struktur pelindung yang kuat seperti halnya pada PLTN yang tekanannya sekitar mencapai 144 atm.

"PLTT bekerja pada temperatur sekitar 80 derajat Celcius dibandingkan dengan PLTN yang bekerja pada temperatur 300 derajat Celcius, sehingga konversi panasnya menjadi listrik jauh lebih besar," kata Djarot.

Molten Salt Reactor
Teknologi PLTT sudah dikembangkan sejak 1965 oleh Glen T Seaborg di Oak Ridge National Laboratory AS memanfaatkan thorium cair yang disebut Molten Salt Reactor (MSR). Namun program tersebut dihentikan oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang lebih memilih uranium dengan alasan reaksi fisi uranium dapat menghasilkan plutonium yang sangat dibutuhkan untuk persenjataan berbahan bakar nuklir.

Menurut Djarot pada 1967, Jerman berinisiatif mengembangkan teknologi yang sama kemudian diikuti oleh India, China, dan Jepang, tapi belum ada satu pun negara yang mengaplikasi thorium secara komersial sehingga dibutuhkan waktu beberapa dekade hingga PLTN berbasis thorium terwujud.

“Tugas Batan adalah meneliti dan mengkaji penggunaan thorium di RDE sebagai bahan bakar PLTN dan langkah uji coba akan menjadi jembatan penelitian thorium sebelum digunakan secara komersil sebagai pembangkit listrik," kata Djarot.

Jakarta (B2B) - Indonesian Nuclear Agency called the Batan will build a Power Reactor Experiments to test thorium as fuel for Nuclear Power Plants or the PLTN , because thorium reserves in Indonesian was estimated until 121,500 tonnes, according to the the authority.

The head of Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto said several countries have tested thorium for nuclear power plant project, although until now project that will built in the province of Bangka Belitung has not yet decided on the selection of uranium or thorium as a fuel.

"Total reserves of thorium in Indonesian is abundant, volume capacity of the electricity generated more than uranium. It is estimated that 90 percent of the reaction thorium fuel to produce electricity instead of uranium up to five percent, so that the radioactive waste is much smaller," Mr Wisnubroto told the press on sidelines of forum group discussion with Matt Krause, who was known as an expert of thorium power plants in here on Thursday, February 4, 2016.

He added, thorium as a power plant does not produce plutonium in nuclear reactors, so it is guaranteed not to be misused for military use. Thorium reactors working at normal pressure around 1 atm, so it does not require such a strong protective structures in nuclear power plants around pressure reached 144 atm.

"Thorium reactor working at a maximum temperature of 80 degrees Celsius rather than nuclear reactors with temperatures up to 300 degrees Celsius, so that the conversion of heat into electricity bigger," Mr Wisnusubroto said.

Molten Salt Reactor
The thorium reactor technology developed since 1965 by Glenn T Seaborg at the US Oak Ridge National Laboratory which utilizes thorium molten or called Molten Salt Reactor (MSR). But the program was stopped by the US Government are choosing uranium, why fission of uranium needed to produce plutonium for nuclear weapons.

According to him in 1967, Germany took the initiative to develop the same technology followed by India, China, and Japan, but there is no country which utilizes thorium are commercially so that it can take decades to develop thorium-based power plants.

"The Batan task is to examine and assess the use of thorium as a fuel in nuclear reactors, and thorium trial will be decisive before it is used commercially as power plants," he said.