Indonesia Selamatkan Imigran Gelap setelah Diusir Australia, kata Media Asing
Indonesia Rescues 65 "After Australian Navy Towed Away" Asylum Boat
Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi
PIHAK BERWENANG Indonesia menyelamatkan 65 pencari suaka yang mencoba mencapai Australia setelah perahu mereka kandas di karang, kata polisi pada Selasa.
Seorang politisi dari pihak oposisi Australia mengatakan perahu itu kandas setelah diusir oleh angkatan laut Australia, hal ini merujuk pada kebijakan luar negeri Australia yang menetapkan anti-imigran asing.
Para imigran berdesakan dalam perahu setelah mencoba melintasi Mediterania antara Afrika dan Eropa dalam beberapa pekan terakhir dan Laut Andaman di Asia, di bawah sorotan isu global yang menjadi tantangan banyak negara terhadap meningkatkan arus imigran asing dari negara konflik.
Australia mengadopsi salah satu aturan terhadap pencari suaka yang mencoba untuk mencapai pantainya dengan perahu, kemudian mengusirnya kembali ke perairan internasional oleh kapal perang ke pusat-pusat penampungan imigran asing di luar negeri.
Perahu yang kandas di perairan Nusa Tenggara Timur pada Minggu mencoba untuk menyeberang ke Australia melalui Ashmore Reef, kata Budi Santoso, perwira Polri melalui pesan singkat seperti dikutip Reuters yang dilansir MailOnline.
Perahu itu membawa 54 warga Sri Lanka, 10 warga Bangladesh 10, dan satu orang dari Myanmar. Tiga dari mereka adalah anak-anak.
Jumlah pencari suaka yang ingin mencapai Australia jika dibandingkan dengan negara-negara lain tetapi dimanfaatkan sebagai isu politik oleh Perdana Menteri Tony Abbott yang menentang keras masuknya pencari suaka sejak dia menang pemilu 2013.
Perahu menabrak karang setelah diusir oleh angkatan laut Australia, dan langkah tersebut ditentang tokoh oposisi Australia dari Partai Greens Senator Sarah Hanson-Young.
"Kebijakan mengusir imigran gelap oleh kapal perang Australia berdampak luar biasa pada anak-anak," kata Hanson-Young.
"Sementara Malaysia, Indonesia dan Thailand telah berbalik arah untuk menampung para imigran gelap, pemerintah Australia terus mengelak tanggung jawabnya di wilayah ini, menempatkan hidup mereka dalam bahaya."
Australia menggunakan pusat penahanan lepas pantai di Papua Nugini dan pulau kecil di Pasifik Selatan dekat Nauru sebagai tempat menampung para pengungsi yang sering menggunakan jasa pelaut Indonesia untuk menggunakan perahu menyelundup ke Australia.
Banyak dari mereka yang gagal dan tewas saat mencapai pantai Australia.
INDONESIAN AUTHORITIES have rescued 65 asylum-seekers trying to reach Australia after their boat ran aground on a reef, Indonesian police said on Tuesday.
An Australian opposition politician said the boat had run aground after being towed away by the Australian navy, underscoring the risk to migrants of a tough Australian policy.
Migrants crammed into boats have been trying to cross the Mediterranean between Africa and Europe in recent weeks and the Andaman Sea in Asia, highlighting a global issue that many countries are struggling to deal with.
Australia has adopted one of the toughest stands against asylum seekers trying to reach its shores by boat, turning back vessels where it is safe to do so and holding indefinitely thousands of others in overseas detention centres.
The boat that ran aground off Indonesia´s East Nusa Tenggara province on Sunday was trying to cross to the Australian-controlled Ashmore Reef, Budi Santoso, head of the Indonesian police´s asylum seeker taskforce said in a text message.
The boat was carrying 54 Sri Lankans, 10 Bangladeshis, and one person from Myanmar. Three of them were children.
The number of asylum seekers reaching Australia pales in comparison with other countries but it is a polarising political issue on which Prime Minister Tony Abbott has taken a tough line since his 2013 election win.
The boat crashed into the reef after being turned away by the Australian navy, Australian opposition Greens Party Senator Sarah Hanson-Young said in a statement.
"Australia´s policy of turning back boats continues to put the lives of young children at risk," Hanson-Young said.
"While Malaysia, Indonesia and Thailand have ceased turning boats around, the Australian government continues to shirk its responsibilities in the region, putting lives in peril."
Australia uses offshore detention centres in Papua New Guinea and the tiny South Pacific island nation of Nauru to process would-be refugees who often pay people-smugglers in Indonesia for a place on a rickety boat.
Many have died trying to reach Australia.
