Guncangan Ekonomi Global, Pemerintah Rancang RAPBN 2023 dengan Fleksibel

Indonesian Govt will Draft the 2023 RAPBN with Flexibility

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Guncangan Ekonomi Global, Pemerintah Rancang RAPBN 2023 dengan Fleksibel
EKONOMI GLOBAL: Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) didampingi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri (kanan) saat memberikan keterangan pers di Istana Negara, Jakarta. (Foto: Setkab RI)

Jakarta [B2B] - Menteri Keuangan [Menkeu] Sri Mulyani mengatakan, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara [RAPBN] tahun 2023 akan dirancang agar mampu menjaga fleksibilitas dalam mengelola gejolak perekonomian dan ketidakpastian global yang terjadi atau sebagai shock absorber.

“APBN 2023 harus didesain untuk bisa mampu tetap menjaga fleksibilitas dalam mengelola gejolak yang terjadi, ini kita sering menyebutnya sebagai shock absorber. Namun, di sisi lain Bapak Presiden juga meminta agar APBN tetap dijaga supaya tetap kredibel dan sustainable atau sehat, sehingga ini adalah kombinasi yang harus dijaga,” ujar Menkeu selepas mengikuti Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin [8/8].

Menkeu menjelaskan bahwa tahun 2022 dunia diproyeksikan akan mengalami perlemahan pertumbuhan ekonomi, sementara inflasinya meningkat tinggi. Oleh karena itu, Dana Moneter Internasional [IMF] menurunkan proyeksi ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen untuk tahun ini dan dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen untuk tahun 2023.

“Ini artinya bahwa lingkungan global kita akan menjadi melemah, sementara tekanan inflasi justru meningkat. Menurut IMF tahun ini inflasi akan naik ke 6,6 persen dari sisi di negara maju, sementara inflasi di negara-negara berkembang akan pada level 9,5 persen, ini juga naik sekitar 0,8%,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Menkeu menyebutkan bahwa dengan adanya kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara maju, makan terjadi reaksi dari sisi kebijakan moneter dan likuiditas yang diperketat sehingga memacu apa yang disebut capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan. Untuk itu, Menkeu bersama-sama dengan Gubernur Bank Indonesia terus meramu kebijakan fiskal dan moneter yang fleksibel, namun pada saat yang sama juga efektif dan kredibel.

Menurut Menkeu, perekonomian Indonesia sendiri pada tahun 2022 tumbuh sangat baik yang antara lain terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2022 yang mencapai 5,44 persen. Angka tersebut, menurut Menkeu, berada di atas perkiraan optimistis pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,2 persen.

Untuk itu, Menkeu pun mendorong agar pertumbuhan ekonomi tersebut dapat terus dijaga, terutama berkaitan dengan faktor-faktor di sisi domestik karena situasi global penuh ketidakpastian. Seperti diketahui, faktor dalam negerinya adalah konsumsi dan investasi serta belanja pemerintah.

“Bapak Presiden minta untuk tahun 2022 ini seluruh kementerian/lembaga fokus merealisasi belanja pemerintah dan terutama dipakai untuk membeli produk-produk yang memiliki kandungan lokal tinggi, dalam hal ini produk dalam negeri Bangga Buatan Indonesia. Ini semuanya akan bisa mendukung pemulihan ekonomi yang makin kuat di kuartal ketiga dan kuartal keempat pada saat lingkungan global sedang mengalami kecenderungan gejolak,” jelasnya.

Dari sisi belanja negara, Menkeu menyebut bahwa pihaknya akan tetap mendukung berbagai program prioritas nasional, yakni pembangunan sumber daya manusia [SDM] sebagai prioritas utama, kemudian pembangunan infrastruktur termasuk Ibu Kota Nusantara [IKN] di dalamnya, serta penyelenggaraan Pemilu.

“Kita akan menggunakan instrumen belanja pusat dan daerah untuk bisa mendukung berbagai program-program prioritas nasional dan juga dari sisi pembiayaan seperti akumulasi dari Dana Abadi Pendidikan yang akan terus dikelola sebagai juga warisan untuk generasi yang akan datang, maupun sebagai mekanisme untuk shock absorber,” ucapnya.

Dari sisi pendapatan, Menkeu menjelaskan bahwa penerimaan pajak pemerintah dari komoditas yang sangat tinggi pada tahun ini mungkin tidak akan terulang pada tahun depan. Pemerintah memproyeksikan Rp279 triliun penerimaan pajak yang berasal dari komoditas. Demikian halnya dengan bea cukai yang pada tahun 2022 mendapatkan Rp48,9 triliun, menurut Menkeu tidak akan dapat terulang pada level yang sama.

Jakarta [B2B] - Minister of Finance [Minister of Finance] Sri Mulyani said the Draft State Budget [RAPBN] for 2023 will be designed to be able to maintain flexibility in managing economic turmoil and global uncertainty that occurs or as a shock absorber.

“The 2023 state budget must be designed to be able to maintain flexibility in managing the turmoil that occurs, this is what we often call a shock absorber. However, on the other hand, the President also requested that the State Budget be maintained so that it remains credible and sustainable or healthy, so this is a combination that must be maintained," said the Minister of Finance.

The Minister of Finance explained that in 2022 the world is projected to experience weak economic growth, while inflation is rising high. Therefore, the International Monetary Fund [IMF] lowered its global economic forecast from 3.6 percent to 3.2 percent for this year and from 3.6 percent to 2.9 percent for 2023.

“This means that our global environment will weaken, while inflationary pressures will increase. According to the IMF this year inflation will rise to 6.6 percent from the side in developed countries, while inflation in developing countries will be at the level of 9.5 percent, this is also an increase of around 0.8%,” he continued.